Selasa, 19 Agustus 2014

PESONA CURUG GEMAWANG


Potensi : Air Terjun dengan 7 Tingkat genangan air
Lokasi : Dusun 1 RT 04/01 Dukuh Karangbanar Kidul, Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah.


Curug Gemawang berada sekitar + 3,3 KM dari Balai Desa Kemawi. Potensi ini mulai mengalami pembangunan yang signifikan sejak tahun 2012.
Berdasarkan cerita, nama Curug Gemawang berasal dari kata Gema yang artinya bergema dan Wang  yang artinya awang-awang atau angkasa. Jadi nama Curug Gemawang artinya adalah air terjun yang yang jatuh dari ketinggian dengan suara yang menggema terdengar jauh ke angkasa. Bahkan suara yang menggema itu bisa didengar oleh masyarakat di desa lain.
Air terjun Curug Gemawang dengan ketinggian + 50-60 m terdiri dari tujuh tingkat dan masing-masing tingkat memiliki genangan air atau dalam Bahasa Jawa disebut Kedung. Dari ketujuh tingkat ini masing-masing tinkat memiliki nama sendiri-sendiri.
Tingkat pertama yang paling atas bernama Kedung Pundak. Wilayah kedung ini tumbuh sebuah pohon yang sangat besar dan berduri lebat namanya Pohon Kedoya. Konon ada sebuah cerita bahwa pemilik atau penanam Pohon Kedoya memberikan sebuah tantangan/sayembara “Barang siapa yang dapat memanjat Pohon Kedoya yang berduri lebat ini maka apapun permintaannya akan kami berikan.”.
Selang waktu berlalu, ada seorang pemuda yang memohon kepada pemilik pohon untuk memanjat Pohon Kedoya. Pemilik pohon pun mengijinkan pemuda tersebut untuk memanjat POhon Kedoya sambil melontarkan kata-kata yang bernada mengejek.
Pada akhirnya orang tersebut meletakkan barang bawaannya berupa tumbu (sejenis keranjang yang terbuat dari anyaman bambu) persis di bawah Pohon Kedoya tersebut. Di luar dugaan sang pemilik pohon yang tadi mengejek. Sembari memegang kayu tersebut sebelum memanjat pohon orang itu membaca mantra dan ternyata semua duri tajam yang ada di pohon itu semuanya rontok berguguran dan akhirnya prang tersebut dengan mudahnya memanjat Pohon Kedoya. Anehnya, semua duri yang rontok jatuh terkumpul di sebuah tumbu yang ada di bawah pohon tersebut. Hal ini membuat pemilik pohon terkesima dan marah. Marahnya pemilik pohon memuncak dan semua duri yang terkumpul di tumbu akhirnya dilempar ke sungai dan terbentuklah sebuah genangan air menyerupai tumbu sehingga kedung ini dinamakan Kedung Tumbu.
Tingkat ketiga bernama Kedung Dandang karena genangan air tersebut berbentuk seperti dandang. Nama dandang sendiri diambil dari perabot dapur yang terbuat dari tembaga.
Tingkat keempat adalah Kedung Wuluh karena di sekitar genangan air tersebut tumbuh tanaman bamboo yakni bamboo wuluh yang bisa dimanfaatkan untuk embuat alat kesenian yaitu seruling.
Tepat di bawahnya terdapat Kedung Wungu yang merupakan kedung kelima. Sekitar kedung ini tumbuh tanaman dan bunga yang sangat cantik, indah berwarna ungu yang merupakan lambing cinta. Menurut sejarah dan mitos yang berkembang, siapapu yang dapat menjangkau kedung tersebut dan beruntung melihat bunga-bunga cantik apalagi bisa memetiknya, maka akan memiliki bunga tersebut dan dicintai oleh siapapun.
Belum berakhir sampai di sini, ketika pemuda yang berhasil memanjat Pohon Kedoya itu turun, ia melihat seorang wanita cantik sedang mandi di sebuah kedung, pemuda tersebut pun menyapanya.
Pemuda               : Hai, siapakah engkau perempuan cantik yang sedang mandi di kedung ini?
Perempuan        : Aku adalah Nyi Gendur, penunggu kedung ini
Pemuda               : Kenapa kau diam menunggu di kedung ini?
Perempuan        : Barangkali ada orang yang membutuhkan air suci dari kedung ini, kisanak
Pemuda               : Apa manfaat air di kedung ini Nyai?
Perempuan        : JIka ada anak cucu kita yang kurang beruntung, sudah saatnya untuk berumah tangga tetapi belum juga menemukan jodoh. Maka basuhlah mukanya dengan air kedung ini, siapapun nantinya akan terpikat dengan kecantikannya bagi yang perempuan. Bagi laki-laki ia akan menjadi rupawan dan semua wanita akan terpikat dengan ketampanannya.
Bahkan bagi penderita sakit yang susah sembuh jika ia mandi dengan air kedung ini, maka ia akan sembuh dengan sendirinya. Kedung Nyai Gendur ini berada pada tingkat keenam. Mitos dari cerita ini akan berhasil, tergantung dengan usaha dan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, solat lima waktu serta puasa dan ibadah lainnya. Sampai saat ini, Kedung Nyai Gendur masih ada dan masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pengunjung Curug Gemawang.
Kedung terakhir adalah Kedung Curug Gemawang yang airnya jatuh dari ketinggian 50-60 m. Kedung ini sangat dalam dan bagi yang senang bertualang, Kedung ini sering dijasikan sebagai tempat uji adrenalin. Banyak yang mendaki tebing setinggi 50-60 m dan melompat ke dalam genangan air tersebut.
Sampai saat ini, terdapat kedung yang dikeramatkan oleh warga yaitu Kedung Pundak. Menurut juru kunci Curug Gemawang, di kedung ini terdapat sepasang suami istri yaitu Mbah Weno Werso dan Nyai Dewi Welassari sebagai penunggu kedung. Terdapat pula Mbah Bondowoso yang berada di bawah Pohon Bambu Ampel Kuning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar