Potensi : Air Terjun dengan 7 Tingkat genangan air
Lokasi : Dusun 1 RT 04/01 Dukuh Karangbanar Kidul, Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah.
Curug
Gemawang berada sekitar + 3,3 KM dari Balai Desa Kemawi. Potensi ini
mulai mengalami pembangunan yang signifikan sejak tahun 2012.
Berdasarkan
cerita, nama Curug Gemawang berasal dari kata Gema yang artinya bergema dan Wang
yang artinya awang-awang atau
angkasa. Jadi nama Curug Gemawang artinya adalah air terjun yang yang jatuh
dari ketinggian dengan suara yang menggema terdengar jauh ke angkasa. Bahkan
suara yang menggema itu bisa didengar oleh masyarakat di desa lain.
Air terjun
Curug Gemawang dengan ketinggian + 50-60 m terdiri dari tujuh tingkat
dan masing-masing tingkat memiliki genangan air atau dalam Bahasa Jawa disebut Kedung. Dari ketujuh tingkat ini
masing-masing tinkat memiliki nama sendiri-sendiri.
Tingkat
pertama yang paling atas bernama Kedung
Pundak. Wilayah kedung ini tumbuh
sebuah pohon yang sangat besar dan berduri lebat namanya Pohon Kedoya. Konon
ada sebuah cerita bahwa pemilik atau penanam Pohon Kedoya memberikan sebuah
tantangan/sayembara “Barang siapa yang
dapat memanjat Pohon Kedoya yang berduri lebat ini maka apapun permintaannya
akan kami berikan.”.
Selang waktu
berlalu, ada seorang pemuda yang memohon kepada pemilik pohon untuk memanjat
Pohon Kedoya. Pemilik pohon pun mengijinkan pemuda tersebut untuk memanjat
POhon Kedoya sambil melontarkan kata-kata yang bernada mengejek.
Pada akhirnya
orang tersebut meletakkan barang bawaannya berupa tumbu (sejenis keranjang yang
terbuat dari anyaman bambu) persis di bawah Pohon Kedoya tersebut. Di luar
dugaan sang pemilik pohon yang tadi mengejek. Sembari memegang kayu tersebut
sebelum memanjat pohon orang itu membaca mantra dan ternyata semua duri tajam
yang ada di pohon itu semuanya rontok berguguran dan akhirnya prang tersebut
dengan mudahnya memanjat Pohon Kedoya. Anehnya, semua duri yang rontok jatuh
terkumpul di sebuah tumbu yang ada di bawah pohon tersebut. Hal ini membuat
pemilik pohon terkesima dan marah. Marahnya pemilik pohon memuncak dan semua
duri yang terkumpul di tumbu akhirnya dilempar ke sungai dan terbentuklah
sebuah genangan air menyerupai tumbu sehingga kedung ini dinamakan Kedung
Tumbu.
Tingkat ketiga
bernama Kedung Dandang karena
genangan air tersebut berbentuk seperti dandang. Nama dandang sendiri diambil
dari perabot dapur yang terbuat dari tembaga.
Tingkat
keempat adalah Kedung Wuluh karena di
sekitar genangan air tersebut tumbuh tanaman bamboo yakni bamboo wuluh yang
bisa dimanfaatkan untuk embuat alat kesenian yaitu seruling.
Tepat di
bawahnya terdapat Kedung Wungu yang
merupakan kedung kelima. Sekitar kedung ini tumbuh tanaman dan bunga yang
sangat cantik, indah berwarna ungu yang merupakan lambing cinta. Menurut
sejarah dan mitos yang berkembang, siapapu yang dapat menjangkau kedung
tersebut dan beruntung melihat bunga-bunga cantik apalagi bisa memetiknya, maka
akan memiliki bunga tersebut dan dicintai oleh siapapun.
Belum
berakhir sampai di sini, ketika pemuda yang berhasil memanjat Pohon Kedoya itu
turun, ia melihat seorang wanita cantik sedang mandi di sebuah kedung, pemuda
tersebut pun menyapanya.
Pemuda : Hai, siapakah engkau perempuan
cantik yang sedang mandi di kedung ini?
Perempuan : Aku adalah Nyi Gendur, penunggu kedung
ini
Pemuda : Kenapa kau diam menunggu di
kedung ini?
Perempuan : Barangkali ada orang yang membutuhkan
air suci dari kedung ini, kisanak
Pemuda : Apa manfaat air di kedung ini
Nyai?
Perempuan : JIka ada anak cucu kita yang kurang
beruntung, sudah saatnya untuk berumah tangga tetapi belum juga menemukan
jodoh. Maka basuhlah mukanya dengan air kedung ini, siapapun nantinya akan
terpikat dengan kecantikannya bagi yang perempuan. Bagi laki-laki ia akan
menjadi rupawan dan semua wanita akan terpikat dengan ketampanannya.
Bahkan bagi
penderita sakit yang susah sembuh jika ia mandi dengan air kedung ini, maka ia
akan sembuh dengan sendirinya. Kedung
Nyai Gendur ini berada pada tingkat keenam. Mitos dari cerita ini akan
berhasil, tergantung dengan usaha dan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, solat lima waktu serta puasa dan ibadah lainnya. Sampai saat ini, Kedung Nyai Gendur masih ada dan masih
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pengunjung Curug Gemawang.
Kedung
terakhir adalah Kedung Curug Gemawang yang
airnya jatuh dari ketinggian 50-60 m. Kedung ini sangat dalam dan bagi yang
senang bertualang, Kedung ini sering dijasikan sebagai tempat uji adrenalin.
Banyak yang mendaki tebing setinggi 50-60 m dan melompat ke dalam genangan air
tersebut.
Sampai saat
ini, terdapat kedung yang dikeramatkan oleh warga yaitu Kedung Pundak. Menurut juru kunci Curug Gemawang, di kedung ini
terdapat sepasang suami istri yaitu Mbah Weno Werso dan Nyai Dewi Welassari
sebagai penunggu kedung. Terdapat pula Mbah Bondowoso yang berada di bawah
Pohon Bambu Ampel Kuning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar